#oct18thcraftyparty vol.7: Workshop Hand Embroidered Wall Hanging dan Planter Painting

Halo!

Sebelumnya aku mohon maaf karena baru bisa entri pos lagi sekarang :’). Jadi, kali ini aku mau cerita mengenai beberapa workshop di bulan Juni lalu. Di bulan kemarin, ada workshop tapestry, hand-embroidered pouch, hand-embroidered wall hanging, dan planter painting. Pada workshop hand-embroidered pouch, October 18th diundang sebagai tutor oleh Merry Go Rounds di Quirky Arts (bisa dilihat di entri pos sebelumnya), sedangkan kedua workshop terakhir diselenggarakan oleh Trinkets Island bersama Kyariikura dan Toko Lempung.

Workshop bersama Kyariikura dan Toko Lempung diadakan secara bersamaan. Pada workshop hand-embroidery, Anne dari Kyariikura memberikan dasar-dasar menyulam. Sebelum membuat dekorasi dinding masing-masing, Anne dan para peserta berlatih beberapa jenis sulaman terlebih dahulu. Sulaman dasar yang diajarkan kurang lebih mirip dengan modul pada workshop yang October 18th berikan di Merry Go Round, seperti running stitch, back stitch, stem stitch, chain stitch, dan sebagainya.

 
Anne dari Kyariikura memberikan pengarahan
Beberapa alat dan bahan yang digunakan pada workshop
Suasana pada saat workshop
Trial sulam dasar
Setelah para peserta mencoba tiap macam sulam dasar, langsung deh mulai ke tahapan selanjutnya yaitu membuat wall hanging. Sebelumnya, para peserta workshop diminta untuk memilih satu kata yang akan dijadikan hiasan, seperti nama atau sekedar tulisan sederhana seperti “hello” atau “hi”. Kata-kata yang dipilih akan didigitalisasi dengan font tertentu dan dicetak di kertas HVS biasa. Print out tersebut digunakan untuk dijiplak di atas kain. Cara menjiplaknya gampang kok, letakkan kertas karbon biasa (tidak harus karbon kain) di bawah kertas tersebut, lalu ikuti outline hurufnya dengan pensil dan… setiap huruf tentunya akan tercetak juga di kain!

Apabila tahap jiplak-menjiplak sudah selesai, tahap selanjutnya adalah mengisi huruf-huruf balok yang tadi dicetak dengan sulaman. Sulaman yang digunakan untuk mengisi suatu bidang biasanya adalah satin stitch. Proses ini memakan waktu yang lumayan lama dan harus teliti serta konsisten agar sulaman terlihat rapi. Jenis sulaman lainnya dapat digunakan peserta untuk menghias latar di luar tulisan.


Di suatu pojok lain di Trinkets Island, Toko Lempung juga asyik memberikan ilmunya tentang sukulen dan pelukisan pot. Sukulen itu apa sih? Biasanya, orang menyamakan antara sukulen dengan kaktus, tapi ternyata beda, loh! Bedanya apa? Jadi, semua kaktus itu adalah sukulen, namun tidak semua sukulen adalah kaktus. Istilah sukulen digunakan untuk tumbuhan yang memiliki kemampuan untuk menyimpan air (moisture-storing) dan sukulen dapat berasal dari famili tumbuhan yang berbeda. Sebagai sukulen, kaktus (famili Cactaceae) memiliki struktur batang seperti bantalan yang fungsinya untuk menyimpan cadangan air. Berbeda dengan sukulen lain, hanya bagian batang kaktus lah yang berperan dalam proses penyimpanan ini. Bagian daun kaktus termodifikasi sehingga berbentuk seperti duri untuk mengurangi water loss (Edwards & Donoghue, 2006; Levine, 2017).

Toko Lempung memberi perkenalan tentang sukulen
Setelah belajar perbedaan sukulen dan kaktus, teman-teman dari Toko Lempung juga menjelaskan mengenai perawatan tanaman sukulen ini. Berbeda dengan tanaman secara umum, sukulen ini justru tidak membutuhkan banyak air dalam satu waktu, sehingga penyiraman bisa dilakukan seminggu sekali dengan jumlah air yang relatif lebih sedikit. Apabila sukulen menyerap terlalu banyak air, tanaman dapat cepat membusuk.

Pada planter painting workshop kali ini, digunakan cat akrilik untuk melukis pot. Pot yang digunakan tentunya terbuat dari bahan lempung. Cat akrilik ini juga bisa kamu gunakan untuk melukis pot plastik. Para peserta workshop membuat sketsa terlebih dahulu sebelum melukisnya dengan cat akrilik. Ide-ide teman-teman peserta cukup beragam, mulai dari membuat pattern kaktus, bunga, bahkan ada yang membuat kota. Oh iya, teman-teman yang bermain cat akrilik harus berhati-hati ya agar catnya tidak mengotori pakaian karena cat ini sulit hilang walaupun sudah dicuci.
Penasaran bagaimana karya teman-teman peserta workshop Toko Lempung? Yuk kita lihat!





Alhamdulillah, ketika azan Maghrib berkumandang, hampir seluruh peserta telah menyelesaikan karyanya masing-masing (beberapa peserta hand embroidered wall hanging workshop masih punya PR untuk dibawa ke rumah). Kru Trinkets Island tentunya juga sangat senang karena teman-teman tidak pulang dengan tangan kosong setelah berkunjung ke sini :). Sampai jumpa di workshop selanjutnya teman-teman!



Sumber:
Edwards, E.J. & Donoghue, M.J. 2006. Pereskia and the origin of the cactus life-form.  The American Naturalist. 167 (6): 777–793
Levine, D. 2017. “Cacti & Succulents”. Newspaper Article. http://ucce.ucdavis.edu/universal/printedprogpageshow.cfm?pagenum=6142&progkey=2080&county=5576 (Diakses pada 30 Juli 2017 pukul 10.55)

No comments:

Post a Comment